1. JENIS
Klasifikasi belut adalah sebagai berikut:
Kelas : Pisces
Subkelas : Teleostei
Ordo : Synbranchoidae
Famili : Synbranchidae
Genus : Synbranchus
Species : Synbranchus bengalensis Mc clell (belut rawa);
Monopterus albus Zuieuw (belut sawah); Macrotema caligans Cant (belut
kali/laut)
Jadi jenis belut
ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut. Namun
demikian jenis belut yang sering dijumpai adalah jenis belut sawah.
2.
PERSYARATAN LOKASI
1) Secara klimatologis ikan belut tidak
membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat
budidaya ikan belut dapat berada di dataran rendah sampai dataran tinggi.
Begitu pula dengan kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2) Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus
bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
3) Suhu udara/temperature optimal untuk
pertumbuhan belut yaitu berkisar 25-31 0C.
4) Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air
yang harus bersih dan kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih
kecil yaitu ukuran 1-2 cm. Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut
dewasa tidak memilih kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
3. PEDOMAN
TEKNIS BUDIDAYA
3.1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1) Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya
ikan belut harus dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pemijahan, kolam
pendederan (untuk benih belut berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja (untuk
belut ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi (terbagi menjadi 2
tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu 2 bulan) yaitu untuk pemeliharaan
belut ukuran 5-8 cm sampai menjadi ukuran 15-20 cm dan untuk pemeliharan belut
dengan ukuran 15-20 cm sampai menjadi ukuran 30-40 cm.
2) Bangunan jenis-jenis kolam belut secara
umum relatif sama hanya dibedakan oleh ukuran, kapasitas dan daya tampung belut
itu sendiri.
3) Ukuran kolam induk
kapasitasnya 6 ekor/m2. Untuk kolam pendederan (ukuran belut 1-2 cm) daya
tampungnya 500 ekor/m2. Untuk kolam belut remaja (ukuran 2-5 cm) daya
tampungnya 250 ekor/m2. Dan untuk kolam belut konsumsi tahap pertama (ukuran
5-8 cm) daya tampungnya 100 ekor/m2. Serta kolam belut konsumsi tahap kedua
(ukuran 15-20cm) daya tampungnya 50 ekor/m2, hingga panjang belut pemanenan
kelak berukuran 3-50 cm.
4) Pembuatan kolam belut dengan bahan bak
dinding tembok/disemen dan dasar bak tidak perlu diplester.
5) Peralatan lainnya berupa media dasar kolam,
sumber air yang selalu ada, alat penangkapan yang diperlukan, ember plastik dan
peralatan-peralatan lainnya.
6) Media dasar kolam terdiri dari bahan-bahan
organik seperti pupuk kandang, sekam padi dan jerami padi. Caranya kolam yang
masih kosong untuk lapisan pertama diberi sekam padi setebal 10 cm, diatasnya
ditimbun dengan pupuk kandang setebal 10 cm, lalu diatasnya lagi ditimbun
dengan ikatan-ikatan merang atau jerami kering. Setelah tumpukan-tumpukan bahan
organik selesai dibuat (tebal seluruhnya sekitar 30 cm), berulah air dialirkan
kedalam kolam secara perlahan-lahan sampai setinggi 50 cm (bahan organic +
air). Dengan demikian media dasar kolam sudah selesai, tinggal media tersebut
dibiarkan beberapa saat agar sampai menjadi lumpur sawah. Setelah itu
belut-belut diluncurkan ke dalam kolam.
3.2. Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan
Bibit
a.Anak belut yang sudah siap dipelihara
secara intensif adalah yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam
2 tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
b.
Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa
juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di alam.
c.Pemilihan bibit bisa
diperoleh dari kolam peternakan atau pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan
adalah belut betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40 cm.
d.
Pemijahan
dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor pejantan dengan dua
ekor betina untuk kolam seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10
hari baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas umur 5-8 hari
dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5 cm. Dalam ukuran ini belut segera
diambil untuk ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit. Anak
belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera ditempatkan di kolam
pendederan calon bibit selama ± 1 (satu) bulan sampai anak belut tersebut
berukuran 5-8 cm. Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam
kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat bulan.
2) Perlakuan dan
Perawatan Bibit
Dari hasil
pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih
diperlakukan dengan secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan
perairan yang bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
3.3.
Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami yang
sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan pupuk kandang
juga diperlukan sebagai salah satu bahan organic utama.
2) Pemberian
Pakan
Bila
diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung)
yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu
diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga kolam agar tidak ada
gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
4. HAMA DAN PENYAKIT
4.1. Hama
1) Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi
yang langsung mengganggu kehidupan belut.
2) Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama
yang sering menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak, burung,
serangga, musang air dan ikan gabus.
3) Di pekarangan, terutama yang ada di
perkotaan, hama yang sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan
belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
4.2. Penyakit
Penyakit
yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat
rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
5. PANEN
Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :
1) Berupa benih/bibit yang
dijual untuk diternak/dibudidayakan.
2) Berupa hasil akhir
pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi (besarnya/panjangnya sesuai
dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan
belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan peralatan antara lain:
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing atau kail dan
pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
6. PASCA
PANEN
Pada
pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar, penanganan
pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut dapat
diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai jaringan
pemasaran yang luas.
7. ANALISIS
EKONOMI BUDIDAYA
7.1.Analisis
Usaha Budidaya
Perkiraan
analisis budidaya belut selama 3 bulan di daerah Jawa Barat pada tahun 1999
adalah sebagai berikut:
1) Biaya Produksi
a.Pembuatan kolam tanah 2 x
3 x 1, 4 HOK @ Rp.7.000,- = Rp. 28.000,-
b.
Bibit 3.000 ekor x @ Rp. 750,- =Rp. 225.000,-
c.Makanan tambahan (daging
kelinci 3 ekor) @ Rp.15.000,- = Rp. 45.000,-
d.
Lain-lain
Rp. 30.000,-
Jumlah Biaya Produksi Rp. 328.000,-
2) Pendapatan: 3000 ekor =
300 kg x @ Rp. 2.500,- Rp. 750.000,-
3) Keuntungan Rp. 422.000,-
4) Parameter Kelayakan Usaha 2,28
7.2.Gambaran
Peluang Agribisnis
Budidaya
ikan belut, baik dalam bentuk pembenihan maupun pembesaran mempunyai prospek
yang cukup baik. Permintaan konsumen akan keberadaan ikan belut semakin
meningkat. Dengan teknik pemeliharaan yang baik, maka akan diperoleh hasil
budidaya yang memuaskan dan diminati konsumen.
Diposkan oleh Hari Sampurno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar