1. JENIS
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo :
Ostarioplaysi.
Subordo : Siluriodea.
Famili :
Pangasidae.
Genus : Pangasius.
Spesies : Pangasius
pangasius Ham. Buch.
Kerabat patin di Indonesia terdapat cukup banyak, diantaranya:
a) Pangasius polyuranodo (ikan juaro)
b) Pangasius macronema
c) Pangasius micronemus
d) Pangasius nasutus
e) Pangasius nieuwenhuisii
2.
PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan
kolam berkisar antara 3-5%untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Apabila pembesaran patin dilakukan dengan
jala apung yang dipasang disungai maka lokasi yang tepat yaitu sungai yang
berarus lambat.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan patin
harus bersih, tidak terlalu keruhdan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun,
dan minyak/limbah pabrik. Kualitas air harus diperhatikan, untuk menghindari
timbulnya jamur, maka perlu ditambahkan larutan penghambat pertumbuhan jamur
(Emolin atau Blitzich dengan dosis 0,05 cc/liter).
5) Suhu air yang baik pada saat penetasan
telur menjadi larva di akuarium adalah antara 26–28 derajat C. Pada
daerah-daerah yang suhu airnya relative rendah diperlukan heater (pemanas)
untuk mencapai suhu optimal yang relatif stabil.
6) Keasaman air berkisar antara: 6,5–7.
3. PEDOMAN
TEKNIS PEMBIBITAN
Budidaya ikan patin
meliputi beberapa kegiatan, secara garis besar dibagi menjadi 2 kegiatan yaitu
pembenihan dan pembesaran. Kedua jenis kegiatan ini umumnya belum populer
dilakukan oleh masyarakat, karena umumnya masih mengandalkan kegiatan
penangkapan di alam (sungai, situ, waduk, dan lain-lain) untuk memenuhi
kebutuhan akan ikan patin.
Kegiatan
pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan benih pada ukuran tertentu.
Produk akhirnya berupa benih berukuran tertentu, yang umumnya adalah benih
selepas masa pendederan. Benih ikan patin dapat diperoleh dari hasil tangkapan
di perairan umum. Biasanya menjelang musim kemarau pada pagi hari dengan
menggunakan alat tangkap jala atau jaring. Secara garis besar usaha pembenihan
ikan patin meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Pemilihan calon induk siap pijah.
b) Persiapan hormon perangsang/kelenjar
hipofise dari ikan donor,yaitu ikan mas.
c) Kawin suntik (induce breeding).
d) Pengurutan (striping).
e) Penetasan telur.
f) Perawatan larva.
g) Pendederan.
h) Pemanenan.
3.1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
Lokasi kolam
dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan
yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
1) Kolam
pemeliharaan induk
Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai
contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya
mengandalkan pakan alami dan dedak. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang
dengan dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu
bagian dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2) Kolam
pemijahan
Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas
kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam
empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3
kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam
dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat
dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan pengeluarannya bisa juga
memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu monik. Bentuk kolam
penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan seringkali juga untuk
penetasan menggunakan kolam pemijahan.
3) Kolam
pendederan
Bentuk kolam
pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya
ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan
pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon
dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan
kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi
kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk
memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan.
3.2.
Pembibitan
1) Menyiapkan
Bibit
Bibit yang
hendak dipijahkan bisa berasal dari hasil pemeliharaan dikolam sejak kecil atau
hasil tangkapan dialam ketika musim pemijahan tiba. Induk yang ideal adalah
dari kawanan patin dewasa hasil pembesaran dikolam sehingga dapat dipilihkan
induk yang benar-benar berkualitas baik.
2) Perlakuan dan
Perawatan Bibit
Induk patin yang
hendak dipijahkan sebaiknya dipelihara dulu secara khusus di dalam sangkar
terapung. Selama pemeliharaan, induk ikan diberi makanan khusus yang banyak
mengandung protein.. Selain itu, diberikan juga rucah dua kali seminggu
sebanyak 10% bobot ikan induk. Langkah ini dilakukan untuk mempercepat kematangan
gonad. Ciri-ciri induk patin yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan adalah
sebagai berikut :
a. Induk betina
- Umur tiga tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Perut membesar ke arah anus.
- Perut terasa empuk dan halus bila di raba.
- Kloaka membengkak dan berwarna merah tua.
- Kulit pada
bagian perut lembek dan tipis.
- Kalau di sekitar kloaka ditekan
akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan besarnya seragam.
b. Induk jantan
- Umur dua tahun.
- Ukuran 1,5–2 kg.
- Kulit perut lembek dan tipis.
- Bila diurut akankeluar cairan sperma berwarna putih.
- Kelamin membengkak dan berwarna merah tua.
Benih ikan patin yang berumur 1 hari dipindahkan ke dalam akuarium
berukuran 80 cm x 45 cm x 45 cm. Setiap akuarium diisi dengan air sumur bor
yang telah diaerasi. Kepadatan
penebaran ikan adalah 500 ekor per
akuarium. Benih
umur sehari belum perlu diberi makan tambahan dari luar karena masih mempunyai
cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur. Pada hari ketiga, benih
ikan diberi makanan tambahan berupa emulsi kuning telur ayam yang direbus.
4. HAMA DAN PENYAKIT
4.1. Hama
Pada
pembesaran ikan patin di jaring terapung hama yang mungkin menyerang antara
lain lingsang, kura-kura, biawak, ular air, dan burung. Hama serupa juga terdapat pada
usaha pembesaran patin sistem hampang (pen) dan karamba. Karamba yang ditanam
di dasar perairan relatif aman dari serangan hama. Pada pembesaran ikan patin
di jala apung (sistem sangkar ada hama berupa ikan buntal (Tetraodon sp.) yang
merusak jala dan memangsa ikan. Hama lain berupa ikan liar pemangsa adalah
udang, dan seluang (Rasbora).
4.2. Penyakit
Penyakit ikan patin ada yang disebabkan infeksi dan non-infeksi. Penyakit
noninfeksi adalah penyakit yang timbul akibatadanya gangguan faktor yang bukan
patogen. Penyakit non-infeksi ini tidak menular. Sedangkan penyakit akibat
infeksi biasanya timbul karena gangguan organisme patogen.
1) Penyakit
akibat infeksi
Organisme patogen yang menyebabkan infeksi biasanya berupa parasit, jamur,
bakteri, dan virus. Dalam usaha pembesaran patin belum ada laporan yang
mengungkapkan secara lengkap serangan penyakit pada ikan patin, untuk
pencegahan, beberapa penyakit akibat infeksi berikut ini sebaiknya
diperhatikan.
a. Penyakit
parasit
Penyakit
white spot (bintik putih) disebabkan oleh parasit dari bangsa protozoa dari
jenis Ichthyoptirus multifilis Foquet. Pengendalian: menggunakan metil biru
atau methilene blue konsentrasi 1% (satu gram metil biru dalam 100 cc air).
Ikan yang sakit dimasukkan ke dalam bak air yang bersih, kemudian kedalamnya
masukkan larutan tadi. Ikan dibiarkan dalam larutan selama 24 jam
b. Penyakit
jamur
Penyakit jamur biasanya terjadi
akibat adanya luka pada badan ikan. Penyakit ini biasanya terjadi akibat adanya
luka pada badan ikan. Penyebab penyakit jamur adalah Saprolegnia sp. dan Achlya
sp. Pada kondisi air yang jelek, kemungkinan patin terserang jamur lebih besar.
Pencegahan penyakit jamur
dapat dilakukan dengan cara menjaga kualitas air agar kondisinya selalu ideal
bagi kehidupan ikan patin. Ikan yang terlanjur sakit harus segera diobati.
c. Penyakit
bakteri
Penyakit bakteri juga menjadi ancaman bagi ikan patin. Bakteri yang sering
menyerang adalah Aeromonas sp. dan Pseudo-monas sp. Ikan yang terserang akan
mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan
pangkal sirip.
2) Penyakit
non-infeksi
Penyakit
non-infeksi banyak diketemukan adalah keracunan dan kurang gizi. Keracunan
disebabkan oleh banyak faktor seperti pada pemberian pakan yang berjamur dan
berkuman atau karena pencemaran lingkungan perairan. Gajala keracunan dapat
diidentifikasi dari tingkah laku ikan.
- Ikan akan lemah, berenang megap-megap
dipermukaan air.
- Kendala yang sering dihadapi adalah
serangan parasit Ichthyoptirus multifilis (white spot) mengakibatkan banyak
benih mati, terutama benih yang berumur 1-2 bulan.
- Penyakit ini dapat
membunuh ikan dalam waktu singkat.
- Organisme ini menempel pada tubuh ikan
secara bergerombol sampai ratusan jumlahnya sehingga akan terlihat seperti
bintik-bintik putih.
- Tempat yang disukai adalah di bawah selaput
lendir sekaligus merusak selaput lendir tersebut.
5. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1) Biaya produksi
a. Kolam pemijahan 2 x 2 m
Rp. 200.000,-
b. Bibit /benih
-
2 ekor
induk @ Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-
-
Ikan donor 5 Kg @ Rp. 10.000,- Rp. 50.000,-
c. Pakan/makanan (Artemia
Salina) Rp. 80.000,-
d. Obat
-
Alat suntik 0,5 cc (2 buah) @ Rp. 4000,- Rp. 8.000,-
-
Pregnil
Rp. 50.000,-
e. Alat
-
Bangunan
dan sumur Rp. 2.000.000,-
-
Genzet
Rp. 2.500.000,-
-
Aerator
Rp. 500.000,-
-
Selang
aquarium 50 m @ Rp 1000,- Rp. 50.000,-
-
Kompor
(4 unit) @ Rp. 25.000,- Rp. 100.000,-
-
100
unit aquarium: 40x80 cm @ Rp 35.000,- Rp. 3.500.000,-
f. Tenaga kerja
-
Tenaga kerja tetap 14 hari, 2 orang @ Rp.20.000,- Rp.
560.000,-
g. Biaya tak terduga 10% Rp. 989.800,-
Jumlah
biaya produksi Rp. 10.887.800,-
2) Biaya investasi rata-rata/aquarium Rp.
98.000,-
3) Presentase output terhadap investasi/aquarium
3,15 %
4) Analisis usaha untuk menutup investasi
a. Periode 1: 2 Minggu pertama
Benih @ Aquarium:100 ekor = 100x100xRp.125,- Rp. 1.250.000,-
b. Periode II :
Pengeluaran
Tetap/2 mingguan Rp. 480.000,-
Dari
perhitungan di atas pada periode ke 14 atau sekitar 7 bulan, telah dapat
menutup investasi, Pada Produksi ke 15 ke atas sudah dapat memetik keuntungan
Diposkan oleh
Hari Sampurno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar