Sabtu, 04 Januari 2014

ALAT TANGKAP RAWAI UNTUK IKAN CUCUT

Kegiatan penangkapan ikan adalah kegiatan yang sifatnya berburu, yang dilakukan di  laut  guna  menangkap  ikan  yang  layak  konsumsi.  Berbagai  jenis  alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah proses berburu di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis ikan dan habitat dimana ikan berada. Berdasarkan habitat dimana ikan berada, sumber daya ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan demersal (ikan dasar). Jenis-ienis ikan dasar, biasanya adalah ikan karnivora yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti; ikan-ikan karang, kerapu, cucut, dsb. Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan dasar, kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti; pancing, jaring dasar dan rawai dasar.
Pancing rawai dasar merupakan salah satu jenis alat tangkap dasar yang cukup produktif. Disamping mudah dari sisi pengoperasiannya, alat tangkap ini juga relatif murah dari sisi pembiayaannya. Sebagai akibatnya, alat tangkap pancing rawai dasar cukup tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia.
Pengguna terbesar pancing rawai dasar adalah nelayan yang mempunyai penghasilan menengah ke bawah, karena pancing rawai dasar memerlukan biaya yang relatif kecil sehingga terjangkau oleh nelayan kecil. Sebagian besar pengguna pancing rawai dasar adalah nelayan tradisional dan berpendidikan rendah.
Hasil tangkapan pancing rawai dasar, umumnya adalah ikan karnivora yang mempunyai daging lezat. Disamping itu, mutu ikan yang tertangkap dengan pancing juga mempunyai mutu yang lebih baik jika dibandingkan dengan alat tangkap lain.
Sehingga ikan-ikan hasil tangkapan pancing rawai dasar mempunyai harga yang relatif mahal dibandingkan dengan jenis hasil tangkapan lainnya. Hasil tangkapan pancing rawai dasar selain dijual ke restoran-restoran sea food, juga diperuntukkan untuk komoditas ekspor.
Deskripsi Singkat
Pancing rawai dasar atau dalam bahasa asingnya adalah long line, adalah alat tangkap yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang disambung-sambung sehingga merupakan tali yang panjang dengan beratus-ratus tali cabang. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa alat tangkap rawai dasar terdiri dari tali utama (main line), tali cabang (branch line), tali pelampung, bendera, pelampung tali pancing, pancing dan tali-temali lainnya. Prinsip kerja dari pancing rawai dasar adalah memikat ikan untuk memakan umpan pada mata pancing yang merupakan perangkap bagi target tangkapan.
Penggunaan teknologi untuk mengoperasikan pancing rawai dasar relatif masih  sederhana. Pengembangan teknologi dapat diterapkan     dalam  proses pemasangan pancing    atau penggulungan      pancing. Mengingat pancing            ulur menggunakan tali pancing yang panjang, maka dalam proses pemasangannya (setting) sering terjadi kecelakaan ketika tali pancing utama kusut. Demikian juga dalam proses penarikannya, tidak jarang karena ikan terjerat di tali pancing, tali pancing juga kusut. Untuk mengatasinya, biasanya digunakan line hauler.Rawai dasar adalah suatu alat tangkap yang berbentuk tali panjang yang dibentangkan secara horizontal, pada tali panjang diikatkan tali-tali lain yang teratur secara vertikal. Pada ujung tali vertikal diikatkan mata pancing dan dipasang di dasar perairan dengan bantuan pemberat. Untuk mengetahui adanya alat tangkap di perairan digunakan tanda dengan bantuan pelampung yang dihubungkan oleh tali pelampung. Jenis rawai dasar yang telah umum dikenal berdasarkan jenis ikan tujuan penangkapan adalah rawai kakap dan rawai cucut.
Konstruksi
Tali utama dan bahan PE dengan diameter 8 mm. Tali cabang dan bahan PE dengan diameter 5 mm. Panjang tali cabang 8 m dengan jarak antara tail cabang 24 m. Mata pancing nomor 6 dan 7 yang terbuat dari bahan baja putih. Tali pelampung dan bahan PE dengan diameter 5 mm sepanjang 11 meter. Pelampung pelastik kurang lebih 300 gram dengan diameter 26 cm. Bendera tanda dengan panjang tiang 5-7 m dengan diameter 4-5 cm, batu kali 9 kg dan pelampung dan bahan styrofoam.
Metode pengoperasian
a. Setting
Setting  (penurunan alat tangkap)  dilakukan  pada  bagian  buritan kapal oleh 4  orang yang masing-masing menangani pekerjaan masing- masing. Orang pertama  manangani pemasangan umpan pada  mata pancing yang sekaligus melempar branch line, orang kedua bertugas mengulurkan/membuang main line, orang ketiga mempersiapkan tali-tali pelampung, bendera dan pemberat serta basket dan orang keempat mengemudikan kapal selama operasi berlangsung.
Setting diawali dengan merangkai ujung-ujung main line dengan tali-tali pemberat dan  tali-tali  pelampung  yang  kemudian  dilemparkan  ke  laut, setelah itu diteruskan dengan mengulur main line dan melempar branch line dan mata pancing yang telah dilengkapi umpan. Pada saat hampir menyelesaikan  penurunan  satu  basket  rawai  dasar, maka pada ujung akhir dari main line basket pertama diikatkan lagi tali-tali yang telah dilengkapi  pemberat  dan  pelampung.  Demikian  seterusnya  sampai pada keseluruhan basket yang diperlukan ( setting ini dilakukan dalam keadaan kapal berjalan pelan dan tetap pada haluannya).Operasi penangkapan dimulal pada sore hari.
b. Hauling
Hauling (menarik alat tangkap) dilakukan 2 jam setelah setting dan dapat ditangani oleh 4 -5 orang.
Orang  pertama  dan  kedua  masing-masing  melakukan  penarikan main line dan branch line yang sekaligus melepas ikan hasil tangkapan dari mata  pancing,  orang  ketiga  menangani  hasil  tangkapan  dan  menyusun serta merapikan alat tangkap pada masing-masing basket, orang keempat rnengemudikan kapal (hauling ini dilakukan dalam keadaan kapal melaju pelan).
Pekerjaan hauling diawali dengan menaikkan pelampung dan pemberat yang diikuti dengan main line dan branch line serta melepas/memungut hasil-hasil tangkapan. Pekerjaan ini dilakukan di haluan kapal.
Sebelum dilakukan operasi penangkapan terlebih dahulu dilakukan persiapan yang terdiri dari persiapan alat tangkap, persiapan perbekalan kapal dan persiapan perbekalan nelayan kurang lebih untuk satu minggu.
Pengoperasian terdiri dari pemasangan umpan serta mempersiapkan pelampung, setting yang diawali dengan penurunan bendera tanda, hauling dan pengangkatan hasil tangkapan dengan menggunakan ganco. Pada saat hauling mesin tetap dihidupkan agar penarikan rawai lebih ringan.
Daerah penangkapan
Daerah penangkapan (fishing ground) yakni pada perairan dengan kedalalaman antara 30 - 75 m dengan dasar perairan lumpur campur pasir (hal ini dapat diketahui dari peta laut atau dari nelayan yang berpengalaman) atau didekat daerah perairan berkarang.Operasi penangkapan dilakukan pada perairan yang memiliki kedalaman 42- 93 meter.
Umpan pada perikanan rawai dasar sangat diperlukan, umpan yang digunakan adalah  ikan  segar  beku,  tetapi  pada  saat  ini  dipergunakan  pula umpan hidup yaitu dengan umpan bandeng.Musim penangkapan
Kecuali pada musim barat di mana kegiatan penangkapan agak terganggu karena kondisi cuaca, operasi penangkapan tetap berjalan.
Pemeliharaan alat
Pemeliharaan alat tangkap sebaiknya setelah alat dipakai dicuci dengan air tawar, bagian yang rusak diperbaiki, dikeringkan di tempat yang tidak kena sinar matahari secara langsung dan disimpan ditempat yang bersih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar