Artemia merupakan plankton yang biasa hidup di air
yang merupakan zooplankton. Artemia dijadikan sebagai pakan hewan air terutama
bagi pembudidaya udang. Artemia ini sangat baik dijadikan sebagai pakan hewan
air (udang, bandeng, Gurame, Tawes) karena artemia ini mempunyai kandungan
protein yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan terutama untuk pertumbuhan
benih/anak ikan maupun udang. Artemia merupakan jenis crustaceae tingkat rendah
dari phylum arthropoda yang memiliki kandungan nutrisi cukup tinggi seperti
karbohidrat, lemak, protein dan asam-asam amino. Benih ikan dan udang pada
stadium awal mempunyai saluran pencernaan yang masih sangat sederhana sehingga
memerlukan nutrisi pakan jasad renik yang mengandung nilai gizi tinggi. Selain
itu artemia sangat baik untuk pakan ikan hias karena banyak mengandung pigmen
warna yang diperlukan untuk variasi dan kecerahan warna pada ikan hias agar
lebih menarik.
Artemia dapat hidup di perairan yang bersalinitas tinggi antara 60-300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam air. Oleh karena itu artemia ini sangat potensial untuk dibudidayakan di tambak- tambak tambak yang bersalinitas tinggi di Indonesia. Budidaya artemia mempunyai prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan. Baik kista maupun biomasanya dapat diolah menjadi produk kering yang memiliki ekonomis tinggi guna mendukung usaha budidaya udang dan ikan.
Artemia dapat hidup di perairan yang bersalinitas tinggi antara 60-300 ppt dan mempunyai toleransi tinggi terhadap oksigen dalam air. Oleh karena itu artemia ini sangat potensial untuk dibudidayakan di tambak- tambak tambak yang bersalinitas tinggi di Indonesia. Budidaya artemia mempunyai prospek yang sangat cerah untuk dikembangkan. Baik kista maupun biomasanya dapat diolah menjadi produk kering yang memiliki ekonomis tinggi guna mendukung usaha budidaya udang dan ikan.
Artemia merupakan pakan alami yang sangat penting
dalam pembenihan ikan laut, krustacea, ikan konsumsi air tawar dan ikan hias.
Ini terjadi karena Artemia memiliki nilai gizi yang tinggi, serta ukuran yang
sesuai dengan bukaan mulut hampir seluruh jenis larva ikan. Artemia dapat
diterapkan di berbagai pembenihan ikan dan udang, baik itu air laut, payau
maupun tawar.
Nama Artemia sp. diberikan untuk pertama kali oleh
Schlosser yang menemukannya di suatu danau asin pada tahun 1755. Kemudian oleh
Linnaeus (1758) melengkapkan nama remik ini menjadi artemia salirw. karena daya
toleransinya terhadap salinitas yang amat tinggi. Selain spesies artemia,
salimi, ada beberapa spesies yang diberikan nama bagi strain zigogenerik, yaitu
bila di dalam populasi bercampur antara spesies berina dan jantan. Nama-nama
tersebut di antaranya Artemia tunisiana. Anemia franciscana, Anemia fersimilis,
artemia urmiana, dan Anemia monica. Namun demikian, nama Anemia salina atau
disingkat artemia saja tetap umum digunakan.
Ada pula populasi artemia yang hanya terdiri atas
individu-individu betina saja. Strain artemia demikian dikenal dengan istilah
partenogenetik karena berkembangbiak tanpa melalui perkawinan, tetapi artemia
betina langsung saja bunting. Untuk strain ini juga hanya digunakan nama genus
artemia saja. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan pemakaian istilah.
Dengan demikian, pemakaian istilah artemia tidak memperhatikan jenis kelamin
suatu populasi. Sampai saat ini sudah dikenal lebih dari 50 strain artemia.
Beberapa di antaranya yang terkenal adalah san francisco bay, sack bay
australia, chapin canada, macao, great salt lake, algues masters perancis,
china, dan philippina. Pada prinsipnya perbedaan antara satu strain dengan
strain lainnya terletak pada daya tetasnya, ukuran nauplius, ketahanan terhadap
lingkungan, serta kebutuhan temperatur dan salinitas optimal. Pada kemampuan
daya penetasan misalnya pada beberapa strain perlu perlakuan-perlakuan khusus
pada kista agar diperoleh embrio yang mampu berkembang dengan hasil yang
memuaskan. Perlakukan tersebut misalnya berupa hibernasi (pendinginan) dan
pelarutan ke dalam cairan peroksida.
Artemia merupakan salah satu pakan alami yang
diberikan pada budidaya udang windu (Penaeus monodon) pada tahap post larva
karena memiliki keunggulan antara lain : mudah dibudidayakan, mempunyai
kandungan nutrisi yang cukup, mudah beradaptasi dalam berbagai lngkungan. Dalam
kondisi lingkungan yang ekstrim, artemia akan membentuk lapisan chorion bagi
embrionya dan lapisan chorion dapat semakin tebal apabila kondisi lingkungan
semakin ekstrim. Dengan pemberian nutrisi yang cukup bagi induk artemia yang
mencukupi kebutuhan tubuh induk dapat menyebabkan pembentukan lapisan chorion
menjadi lebih tipis. Dengan lapisan chorion yang semakin tipis maka derajat
penetaasan kista artemia dapat lebih tinggi.
Artemia merupakan salah satu makanan hidup yang sampai
saat ini paling banyak digunakan dalam usaha budidaya udang, khususnya dalam
pengelolaan pembenihan. Sebagai makanan hidup, artemia tidak hanya dapat
digunakan dalam bentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan
jika dibandingkan dengan naupliusnya, nilai nutrisi artemia dewasa mempunyai
keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 47% pada
nauplius menjadi 60% pada artemia dewasa yang telah dikeringkan. Selain itu kualitas
protein artemia dewasa juga meningkat, karena lebih kaya akan asam-asam amino
essensial. Demikian pula jika dibandingkan dengan makanan udang lainnya,
keunggulan artemia dewasa tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga karena
mempunyai kerangka luar (eksoskeleton) yang sangat tipis, sehingga dapat
dicerna seluruhnya oleh hewan pemangsa. Melihat keunggulan nutrisi artemia
dewasa dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis makanan lainnya, maka
artemia dewasa merupakan makanan udang yang sangat baik jika digunakan sebagai
makanan hidup maupun sumber protein utama makanan buatan. Untuk itulah kultur
massal artemia memegang peranan sangat penting dan dapat dijadikan usaha
industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai makanan hidup maupun bahan dasar
utama makanan buatan. Sedangkan kelemahan dari artemia adalah cepat mati dalam
waktu beberapa jam saja.
Diposkan oleh Hari Sampurno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar