Perikanan pancing ulur
merupakan salah satu usaha perikanan rakyat yang memiliki konstruksi sederhana
dan cara pengoperasian yang mudah dan simpel. Hal ini menyebabkan pancing ulur
menjadi salah satu alat tangkap yang dominan dioperasikan di pulau Tambelan dan
menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, sebagai upaya memaksimalkan
hasil tangkapannya.
Rumpon merupakan tempat
berlindung dan mencari makan ikan-ikan pelagis (Subani,
1986), seperti layang,
madidihang, tuna mata besar, tuna sirip kuning, tongkol, dan tenggiri.
Jenis-jenis ikan ini sifatnya bergerombol, yang menyebabkan dapat ditangkap
dalam jumlah besar (Gunarso 1985) dan merupakan faktor penting bagi usaha
perikanan komersil.
Melihat peranan rumpon
pada alat tangkap pancing ulur maka perlu dilakukan penelitian untuk menentukan
“Produktivitas pancing ulur untuk penangkapan ikan tenggiri (Scomberomorus
commerson)” dengan menggunakan alat bantu rumpon di perairan Tambelan Kepulauan
Riau”. Hasilnya diharapkan
dapat memberikan informasi
kepada nelayan tentang manfaat rumpon sebagai alat bantu penangkapan
ikan.Indonesia adalah salah satu negara maritim terkaya di dunia. Sebagian
besar wilayah negara ini merupakan hamparan laut dengan segala potensi yang ada
di dalamnya. Luas laut yang dimiliki Indonesia menjadi sebuah aset yang sangat
berharga dan berguna bagi masa depan bangsa. Pengelolaan laut secara terpadu
dan sistematis adalah suatu hal yang mutlak dilakukan. Oleh karena itu,
potensi-potensi laut tidak akan termanfaatkan dengan optimal apabila masih
dikelola dengan cara-cara konvensional tanpa program terencana.
Konon, dari total luas
laut yang dimiliki, Indonesia baru bisa memanfaatkan sebagian kecilnya saja.
Laut bagaikan sebuah kotak harta karun yang terkunci rapat, ilmu pengetahuan
adalah kunci untuk membuka harta karun itu. Bagi masyarakat Indonesia,
pengetahuan tentang komoditas-komoditas perikanan laut penting untuk dimiliki.
Pengetahuan itu akan menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi
dan motivasi kuat untuk memanfaatkan. Salah satu komoditas perikanan laut yang
perlu diketahui dan dimanfaatkan potensinya adalah ikan tenggiri.
Ikan tenggiri
(Scomberomorus commerson) adalah ikan laut yang termasuk dalam famili
scombridae. Ikan tenggiri dikenal pula dengan nama spanish mackerel, namun nama
tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Orang India menyebutnya ikan anjai, di
Filipina lebih dikenal dengan nama ikan dilis, dan di Thailand akrab dengan
istilah ikan thu insi. Ukuran ikan tenggiri dapat mencapai panjang 240 cm
dengan berat 70 kg. Usia dewasa tercapai setelah 2 tahun atau ketika memiliki
panjang tubuh 81-82 cm. Ikan tenggiri betina ukurannya lebih besar dan usianya lebih
panjang dibanding jantan. Ikan tenggiri betina dapat hidup selama 11 tahun.
Iklim yang paling cocok
untuk ikan tenggiri adalah iklim tropis. Perairan laut yang dimiliki Indonesia
merupakan surga bagi ikan tenggiri. Selain di Indonesia, ikan tenggiri dapat
ditemukan pula di bagian utara Cina dan Jepang, bagian tenggara Australia,
bahkan Laut Merah. Kedalaman laut yang cocok bagi tenggiri adalah sekitar 10-70
m dari permukaan laut. Di beberapa negara, ikan tenggiri menjadi komoditas
perikanan laut yang paling utama karena memiliki nilai komersial tinggi.
Ikan tenggiri mempunyai
morfologi tubuh yang cukup unik. Di bagian samping tubuhnya terdapat garis
lateral yang memanjang dari insang hingga akhir sirip dorsal kedua, sedangkan
pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan. Garis pada bagian samping
menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis. Secara umum,
warna ikan tenggiri adalah perak keabu-abuan.
Ikan tenggiri tergolong
ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut dangkal. Bagian-bagian yang
terdapat batu karang (reef) merupakan habitat yang cocok bagi ikan tenggiri.
Perairan yang memiliki salinitas (salinity) rendah dan kekeruhan (turbidity)
tinggi disukai pula olehnya. Ikan tenggiri dapat menetap pada suatu habitat dan
terkadang bermigrasi ke tempat yang cukup jauh. Pola migrasi ikan tenggiri
sangat khas karena bergantung kepada temperatur air laut dan musim bertelur
(spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini bervariasi di setiap habitat
yang ditinggali.
Ikan tenggiri memiliki
sifat rakus (voracious) ketika makan dan mencari makan seorang diri (solitary).
Jenis makanannya adalah ikan-ikan kecil karena ikan tenggiri tergolong ke dalam
hewan karnivora. Ikan kecil jenis anchovy (semacam ikan haring) merupakan salah
satu makanan utama bagi ikan tenggiri, khususnya ikan tenggiri muda. Selain
itu, ikan tenggiri juga memakan beberapa jenis cumi-cumi (squid) dan udang.
Potensi
Ikan tenggiri dapat
dimanfaatkan untuk kebutuhan komersial dan rekreasional. Dalam situs web Food
and Agriculture Organization (FAO), jumlah penangkapan ikan tenggiri terbesar
di dunia pernah tercatat di Indonesia, diikuti Filipina, Sri Langka, Yaman, dan
Pakistan.
Ikan tenggiri biasanya
dipasarkan dalam keadaan segar atau beku. Sejumlah negara maju lebih menyukai
ikan tenggiri yang dipasarkan dalam bentuk potongan tipis (fillet) atau tanpa
tulang (boneless). Beberapa negara telah mengolah ikan tenggiri untuk dikemas
dalam kaleng (canned) seperti ikan sarden. Ikan tenggiri mengandung gizi yang
cukup tinggi. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dengan mengonsumsi ikan
ini. Filipina dan Jepang merupakan negara yang penduduknya paling banyak
mengonsumsi ikan. Indonesia dengan segenap potensi sumber daya maritim yang
dimiliki seharusnya mengikuti langkah serupa.
Untuk keperluan
kuliner, ikan tenggiri dapat dimasak dengan berbagai cara tergantung selera.
Ikan tenggiri pun dapat diolah menjadi bentuk makanan lain, tidak selalu dimakan
dalam bentuk ikan utuh. Cara pemasakan seperti memanggang (broiling),
menggoreng (frying), membakar (baking), dan pengasapan merupakan metode umum
yang digunakan untuk mengolah ikan tenggiri.
Penangkapan ikan
tenggiri di Indonesia sebagian besar dilakukan secara sederhana dan tradisional
(artisanal). Artinya, ikan tenggiri menjadi komoditas andalan para nelayan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Populasi ikan tenggiri yang tinggi di
Indonesia berpeluang memperbaiki kesejahteraan para nelayan. Menurut Erdmann
dan Pet-Soede (1996), perdagangan ikan laut dipicu oleh permintaan (demand)
yang tinggi dari Hongkong, Singapura, Taiwan, dan Cina. Negara-negara tersebut
memberikan harga mahal untuk ikan yang memiliki kesegaran (freshness), rasa
(flavour), dan gizi (health-promoting) yang baik.
Di balik semua potensi
yang dimilikinya itu, ikan tenggiri tetap memiliki sejumlah kendala dalam
meningkatkan populasinya. Metode penangkapan ikan laut yang dilakukan oleh
nelayan banyak yang dapat membahayakan populasi tenggiri. Penangkapan
besar-besaran (overexploitation) dengan cara yang berbahaya akan menimbulkan
kerugian dalam jangka panjang.
Penangkapan ikan yang
paling berbahaya adalah penangkapan dengan menggunakan sodium sianida, yaitu
cairan untuk menangkap ikan yang dapat membunuh organisme sekitar karang. Oleh
karena itu, populasi ikan tenggiri harus dijaga dan diawasi dari cara penangkapan
yang merugikan lingkungan.
Bagian-bagian pancing
ulur yang digunakan oleh nelayan, berikut:
a. Penggulung Tali
Pancing
Penggulung tali pancing ulur
yang digunakan berbentuk bundar
yang terbuat dari plastik dan kayu. Hal ini sejalan dengan Subani dan
Barus (1989) yang menyatakan bahwa penggulung tali pancing pada umumnya terbuat
dari kayu atau plastik dan ukuran penggulung tersebut disesuaikan dengan
panjangnya tali pancing. Penggunaan penggulungan tali pancing bertujuan untuk
memudahkan proses pengoperasian alat tangkap yaitu agar tali tidak kusut dan
dapat digulung setelah operasi penangkapan selesai kemudian disimpan untuk
digunakan kembali pada saat pengoperasian berikutnya.
b. Tali Penarik
Tali penarik yang
digunakan bernomor 60 dengan panjang 100-150 meter. Bahan terbuat dari
Monofilamen, yang biasa disebut tasi oleh nelayan pulau Tambelan.
c. Kili-kili
Kili-kili merupakan
bagian dari pancing ulur yang berguna untuk menyambungkan dan untuk mencegah
agar tali penarik dan tali alas tidak terpintal atau kusut saat proses
pengoperasian alat tangkap (Anggawangsa, 2008). Kili-kili yang digunakan
terbuat dari baja yang tahan terhadap karat, sehingga penggunaannya dapat
bertahan lama.
d. Tali Alas
Tali alas yang
digunakan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pada ukuran tali penarik,
yaitu bernomor 40. Penggunaan tali yang berukuran lebih kecil ini bertujuan
agar tali tersebut tidak kentara saat berada di dalam air, panjang tali alas
yaitu 8-10 meter.
e. Mata Pancing
Mata pancing yang
digunakan untuk menangkap ikan tenggiri terdiri dari 2 mata pancing yaitu
pancing no 5 dan no 6. Pancing utama bernomor 5 dan pancing tondanya bernomor
6. Sedangkan ukuran mata pancing bervariasi disesuaikan dengan besar kecilnya
ikan yang akan ditangkap. Ikan tenggiri
merupakan ikan yang mempunyai gigi yang sangat tajam maka untuk mencegah agar
tali pancing tidak putus ketika umpan dimakan ikan maka mata pancing di ikat dengan
baja bernomor 18 dan panjang baja tersebut berkisar 8-10 cm.
f. Pemberat
Pemberat yang digunakan
pada pancing ulur berfungsi mempercepat turunnya mata pancing ke dasar perairan
dan menjaga pancing tetap tegak saat berada dalam air. Pemberat yang digunakan
berupa batu sungai yang dibungkus dengan
plastik dengan berat berkisar
antara 100-300 gram, , jarak antara pancing
dengan pemberat berkisar 8-10 m dengan tali monofilamen nomor
20. Pemberat ini diikatkan pada tali yang terletak di bagian paling ujung suatu
pancing ulur Anggawangsa (2008).
Deskripsi Alat Bantu
Rumpon
Alat bantu
penangkapan yang digunakan
adalah rumpon yang
dipasang pada kedalaman 25-35 m.
Rumpon terdiri dari pelampung tanda, pelampung utama, tali utama, atraktor, dan
pemberat.
a. Pelampung Tanda dan
Pelampung Utama
Pelampung tanda
berjumlah 1-3 buah untuk setiap rumpon dan panjang berkisar antara
5-10 m dan terbuat dari
plastik dan styrofoam. Pelampung mempunyai kemampuan mengapung yang baik,
konstruksi yang kuat, tahan terhadap gelombang dan air, serta mudah dikenali
dari jarak jauh (Tim pengkajian rumpon IPB, 1987).
Pelampung utama
merupakan komponen yang penting untuk sebuah rumpon, karena berfungsi untuk
membuat rumpon tetap berbentuk vertikal di dalam air. Pelampung utama terbuat
dari bahan plastik yang kuat mengapung dengan posisi berada sekitar 1 m dibawah
permukaan air laut.
b. Tali Utama
Tali utama merupakan
tempat untuk mengikat atraktor. Pada bagian atas diberikan pelampung agar dapat
mempertahankan bentuk vertikal dari suatu rumpon, sedangkan pada bagian bawah
diberikan pemberat agar rumpon dapat terbentuk dan tidak hanyut terbawa arus.
Tali yang digunakan harus kuat, tidak mudah rusak, mempunyai daya apung yang
cukup kuat untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lain dan terhadap arus
(Tim pengkajian rumpon IPB, 1987).
c. Atraktor
Atraktor berfungsi
sebagai penarik atau pengumpul ikan, sebagai tempat berlindung ikan-ikan kecil
dan sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan predator. Atraktor yang
digunakan adalah daun kelapa, diikatkan pada tali utama mulai dari dekat bagian
pelampung utama dan diikat berurutan ke dasar perairan atau sampai di bagian
pemberat pada kedalaman perairan 25 - 35 m pada surut terendah.
d. Pemberat
Pemberat terbuat dari
pasir yang dimasukkan ke dalam karung dengan berat 80 kg. Jumlah pemberat untuk
setiap rumpon yaitu 6 karung pasir. Menurut tim pengkajian rumpon Institut
Pertanian Bogor (1987), pemberat harus memiliki massa jenis yang besar,
permukaannya tidak licin, dapat mencengkram, harganya murah dan mudah
didapatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar