Minggu, 07 Desember 2014

MENGENAL POTENSI IKAN TENGGIRI DAN PENANGKAPANYA




Perikanan pancing ulur merupakan salah satu usaha perikanan rakyat yang memiliki konstruksi sederhana dan cara pengoperasian yang mudah dan simpel. Hal ini menyebabkan pancing ulur menjadi salah satu alat tangkap yang dominan dioperasikan di pulau Tambelan dan menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan, sebagai upaya memaksimalkan hasil tangkapannya.
Rumpon merupakan tempat berlindung dan mencari makan ikan-ikan pelagis (Subani,
1986), seperti layang, madidihang, tuna mata besar, tuna sirip kuning, tongkol, dan tenggiri. Jenis-jenis ikan ini sifatnya bergerombol, yang menyebabkan dapat ditangkap dalam jumlah besar (Gunarso 1985) dan merupakan faktor penting bagi usaha perikanan komersil.
Melihat peranan rumpon pada alat tangkap pancing ulur maka perlu dilakukan penelitian untuk menentukan “Produktivitas pancing ulur untuk penangkapan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson)” dengan menggunakan alat bantu rumpon di perairan Tambelan  Kepulauan  Riau”.  Hasilnya  diharapkan  dapat  memberikan  informasi  kepada nelayan tentang manfaat rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan.Indonesia adalah salah satu negara maritim terkaya di dunia. Sebagian besar wilayah negara ini merupakan hamparan laut dengan segala potensi yang ada di dalamnya. Luas laut yang dimiliki Indonesia menjadi sebuah aset yang sangat berharga dan berguna bagi masa depan bangsa. Pengelolaan laut secara terpadu dan sistematis adalah suatu hal yang mutlak dilakukan. Oleh karena itu, potensi-potensi laut tidak akan termanfaatkan dengan optimal apabila masih dikelola dengan cara-cara konvensional tanpa program terencana.
Konon, dari total luas laut yang dimiliki, Indonesia baru bisa memanfaatkan sebagian kecilnya saja. Laut bagaikan sebuah kotak harta karun yang terkunci rapat, ilmu pengetahuan adalah kunci untuk membuka harta karun itu. Bagi masyarakat Indonesia, pengetahuan tentang komoditas-komoditas perikanan laut penting untuk dimiliki. Pengetahuan itu akan menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) yang tinggi dan motivasi kuat untuk memanfaatkan. Salah satu komoditas perikanan laut yang perlu diketahui dan dimanfaatkan potensinya adalah ikan tenggiri.
Ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) adalah ikan laut yang termasuk dalam famili scombridae. Ikan tenggiri dikenal pula dengan nama spanish mackerel, namun nama tersebut berbeda-beda di setiap daerah. Orang India menyebutnya ikan anjai, di Filipina lebih dikenal dengan nama ikan dilis, dan di Thailand akrab dengan istilah ikan thu insi. Ukuran ikan tenggiri dapat mencapai panjang 240 cm dengan berat 70 kg. Usia dewasa tercapai setelah 2 tahun atau ketika memiliki panjang tubuh 81-82 cm. Ikan tenggiri betina ukurannya lebih besar dan usianya lebih panjang dibanding jantan. Ikan tenggiri betina dapat hidup selama 11 tahun.
Iklim yang paling cocok untuk ikan tenggiri adalah iklim tropis. Perairan laut yang dimiliki Indonesia merupakan surga bagi ikan tenggiri. Selain di Indonesia, ikan tenggiri dapat ditemukan pula di bagian utara Cina dan Jepang, bagian tenggara Australia, bahkan Laut Merah. Kedalaman laut yang cocok bagi tenggiri adalah sekitar 10-70 m dari permukaan laut. Di beberapa negara, ikan tenggiri menjadi komoditas perikanan laut yang paling utama karena memiliki nilai komersial tinggi.
Ikan tenggiri mempunyai morfologi tubuh yang cukup unik. Di bagian samping tubuhnya terdapat garis lateral yang memanjang dari insang hingga akhir sirip dorsal kedua, sedangkan pada punggungnya terdapat warna biru kehijauan. Garis pada bagian samping menjadi ciri khas ikan tenggiri yang berbeda dengan ikan sejenis. Secara umum, warna ikan tenggiri adalah perak keabu-abuan.
Ikan tenggiri tergolong ke dalam ikan laut yang menyukai daerah laut dangkal. Bagian-bagian yang terdapat batu karang (reef) merupakan habitat yang cocok bagi ikan tenggiri. Perairan yang memiliki salinitas (salinity) rendah dan kekeruhan (turbidity) tinggi disukai pula olehnya. Ikan tenggiri dapat menetap pada suatu habitat dan terkadang bermigrasi ke tempat yang cukup jauh. Pola migrasi ikan tenggiri sangat khas karena bergantung kepada temperatur air laut dan musim bertelur (spawning season). Jatuhnya musim bertelur ini bervariasi di setiap habitat yang ditinggali.
Ikan tenggiri memiliki sifat rakus (voracious) ketika makan dan mencari makan seorang diri (solitary). Jenis makanannya adalah ikan-ikan kecil karena ikan tenggiri tergolong ke dalam hewan karnivora. Ikan kecil jenis anchovy (semacam ikan haring) merupakan salah satu makanan utama bagi ikan tenggiri, khususnya ikan tenggiri muda. Selain itu, ikan tenggiri juga memakan beberapa jenis cumi-cumi (squid) dan udang.
Potensi
Ikan tenggiri dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan komersial dan rekreasional. Dalam situs web Food and Agriculture Organization (FAO), jumlah penangkapan ikan tenggiri terbesar di dunia pernah tercatat di Indonesia, diikuti Filipina, Sri Langka, Yaman, dan Pakistan.
Ikan tenggiri biasanya dipasarkan dalam keadaan segar atau beku. Sejumlah negara maju lebih menyukai ikan tenggiri yang dipasarkan dalam bentuk potongan tipis (fillet) atau tanpa tulang (boneless). Beberapa negara telah mengolah ikan tenggiri untuk dikemas dalam kaleng (canned) seperti ikan sarden. Ikan tenggiri mengandung gizi yang cukup tinggi. Kebutuhan protein hewani dapat dipenuhi dengan mengonsumsi ikan ini. Filipina dan Jepang merupakan negara yang penduduknya paling banyak mengonsumsi ikan. Indonesia dengan segenap potensi sumber daya maritim yang dimiliki seharusnya mengikuti langkah serupa.
Untuk keperluan kuliner, ikan tenggiri dapat dimasak dengan berbagai cara tergantung selera. Ikan tenggiri pun dapat diolah menjadi bentuk makanan lain, tidak selalu dimakan dalam bentuk ikan utuh. Cara pemasakan seperti memanggang (broiling), menggoreng (frying), membakar (baking), dan pengasapan merupakan metode umum yang digunakan untuk mengolah ikan tenggiri.
Penangkapan ikan tenggiri di Indonesia sebagian besar dilakukan secara sederhana dan tradisional (artisanal). Artinya, ikan tenggiri menjadi komoditas andalan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Populasi ikan tenggiri yang tinggi di Indonesia berpeluang memperbaiki kesejahteraan para nelayan. Menurut Erdmann dan Pet-Soede (1996), perdagangan ikan laut dipicu oleh permintaan (demand) yang tinggi dari Hongkong, Singapura, Taiwan, dan Cina. Negara-negara tersebut memberikan harga mahal untuk ikan yang memiliki kesegaran (freshness), rasa (flavour), dan gizi (health-promoting) yang baik.
Di balik semua potensi yang dimilikinya itu, ikan tenggiri tetap memiliki sejumlah kendala dalam meningkatkan populasinya. Metode penangkapan ikan laut yang dilakukan oleh nelayan banyak yang dapat membahayakan populasi tenggiri. Penangkapan besar-besaran (overexploitation) dengan cara yang berbahaya akan menimbulkan kerugian dalam jangka panjang.
Penangkapan ikan yang paling berbahaya adalah penangkapan dengan menggunakan sodium sianida, yaitu cairan untuk menangkap ikan yang dapat membunuh organisme sekitar karang. Oleh karena itu, populasi ikan tenggiri harus dijaga dan diawasi dari cara penangkapan yang merugikan lingkungan.
Bagian-bagian pancing ulur yang digunakan oleh nelayan, berikut:
a. Penggulung Tali Pancing
Penggulung tali  pancing ulur  yang digunakan berbentuk bundar  yang terbuat dari plastik dan kayu. Hal ini sejalan dengan Subani dan Barus (1989) yang menyatakan bahwa penggulung tali pancing pada umumnya terbuat dari kayu atau plastik dan ukuran penggulung tersebut disesuaikan dengan panjangnya tali pancing. Penggunaan penggulungan tali pancing bertujuan untuk memudahkan proses pengoperasian alat tangkap yaitu agar tali tidak kusut dan dapat digulung setelah operasi penangkapan selesai kemudian disimpan untuk digunakan kembali pada saat pengoperasian berikutnya.
b. Tali Penarik
Tali penarik yang digunakan bernomor 60 dengan panjang 100-150 meter. Bahan terbuat dari Monofilamen, yang biasa disebut tasi oleh nelayan pulau Tambelan.
c. Kili-kili
Kili-kili merupakan bagian dari pancing ulur yang berguna untuk menyambungkan dan untuk mencegah agar tali penarik dan tali alas tidak terpintal atau kusut saat proses pengoperasian alat tangkap (Anggawangsa, 2008). Kili-kili yang digunakan terbuat dari baja yang tahan terhadap karat, sehingga penggunaannya dapat bertahan lama.
d. Tali Alas
Tali alas yang digunakan mempunyai ukuran yang lebih kecil dari pada ukuran tali penarik, yaitu bernomor 40. Penggunaan tali yang berukuran lebih kecil ini bertujuan agar tali tersebut tidak kentara saat berada di dalam air, panjang tali alas yaitu 8-10 meter.
e. Mata Pancing
Mata pancing yang digunakan untuk menangkap ikan tenggiri terdiri dari 2 mata pancing yaitu pancing no 5 dan no 6. Pancing utama bernomor 5 dan pancing tondanya bernomor 6. Sedangkan ukuran mata pancing bervariasi disesuaikan dengan besar kecilnya ikan yang akan ditangkap. Ikan  tenggiri merupakan ikan yang mempunyai gigi yang sangat tajam maka untuk mencegah agar tali pancing tidak putus ketika umpan dimakan ikan maka mata pancing di ikat dengan baja bernomor 18 dan panjang baja tersebut berkisar 8-10 cm.
f.  Pemberat
Pemberat yang digunakan pada pancing ulur berfungsi mempercepat turunnya mata pancing ke dasar perairan dan menjaga pancing tetap tegak saat berada dalam air. Pemberat yang digunakan berupa batu sungai yang dibungkus dengan  plastik  dengan berat berkisar antara 100-300 gram, , jarak  antara  pancing  dengan  pemberat  berkisar 8-10 m dengan tali monofilamen nomor 20. Pemberat ini diikatkan pada tali yang terletak di bagian paling ujung suatu pancing ulur Anggawangsa (2008).
Deskripsi Alat Bantu Rumpon
Alat  bantu  penangkapan  yang  digunakan  adalah  rumpon  yang  dipasang  pada kedalaman 25-35 m. Rumpon terdiri dari pelampung tanda, pelampung utama, tali utama, atraktor, dan pemberat.
a. Pelampung Tanda dan Pelampung Utama
Pelampung tanda berjumlah 1-3 buah untuk setiap rumpon dan panjang berkisar antara
5-10 m dan terbuat dari plastik dan styrofoam. Pelampung mempunyai kemampuan mengapung yang baik, konstruksi yang kuat, tahan terhadap gelombang dan air, serta mudah dikenali dari jarak jauh (Tim pengkajian rumpon IPB, 1987).
Pelampung utama merupakan komponen yang penting untuk sebuah rumpon, karena berfungsi untuk membuat rumpon tetap berbentuk vertikal di dalam air. Pelampung utama terbuat dari bahan plastik yang kuat mengapung dengan posisi berada sekitar 1 m dibawah permukaan air laut.
b. Tali Utama
Tali utama merupakan tempat untuk mengikat atraktor. Pada bagian atas diberikan pelampung agar dapat mempertahankan bentuk vertikal dari suatu rumpon, sedangkan pada bagian bawah diberikan pemberat agar rumpon dapat terbentuk dan tidak hanyut terbawa arus. Tali yang digunakan harus kuat, tidak mudah rusak, mempunyai daya apung yang cukup kuat untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lain dan terhadap arus (Tim pengkajian rumpon IPB, 1987).
c. Atraktor
Atraktor berfungsi sebagai penarik atau pengumpul ikan, sebagai tempat berlindung ikan-ikan kecil dan sebagai tempat mencari makan bagi ikan-ikan predator. Atraktor yang digunakan adalah daun kelapa, diikatkan pada tali utama mulai dari dekat bagian pelampung utama dan diikat berurutan ke dasar perairan atau sampai di bagian pemberat pada kedalaman perairan 25 - 35 m pada surut terendah.
d. Pemberat
Pemberat terbuat dari pasir yang dimasukkan ke dalam karung dengan berat 80 kg. Jumlah pemberat untuk setiap rumpon yaitu 6 karung pasir. Menurut tim pengkajian rumpon Institut Pertanian Bogor (1987), pemberat harus memiliki massa jenis yang besar, permukaannya tidak licin, dapat mencengkram, harganya murah dan mudah didapatkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar